Hindari bahaya lagu negatif…
Banyak orang tidak perduli dengan syair sebuah lagu, selama lagu itu mempunyai irama yang enak didengar maka orang akan cenderung mengulang-ulang lagu tersebut. Sayangnya, walaupun telah begitu banyak artikel yang membahas tentang efek kata-kata, masih banyak orang yang belum mau percaya bahwa dampak sebuah lagu yang memiliki kata-kata miris cenderung negatif akan berpengaruh langsung pada kehidupan orang tersebut.
Beberapa murid kami selalu mengatakan, “saya hanya senang iramanya saja kok”, “itu kan cuma lagu, nggak sungguhan”. Sebut saja Adi, murid saya yang sangat menyukai lagu-lagu putus cinta; walaupun secara pribadi saya melihat ia seseorang yang baik hati, tetapi gaya bicaranya dan gaya berjalannya hampir selalu tidak antusias. Di dalam aktivitas bermain pun ia tampak tidak perduli tentang kalah dan menang. Suatu hari tiba-tiba dia berkata kepada saya, “cewek dimana-mana memang jahat ya, coach!” Saya bertanya apa alasannya ia berkata demikian, “sebab cewek-cewek yang saya coba dekati, rata-rata awalnya baik, tapi lama-lama menyebalkan” Jawabnya. Adi bukan satu-satunya orang yang saya temui dengan masalah yang serupa. Cukup banyak orang yang saya kenal pencinta lagu-lagu mellow negatif bermasalah dengan kehidupan percintaannya.
Saya seorang pengagum berat Krisdayanti. Sampai hari inipun masih demikian. Pernah di dalam perdebatan dengan seorang rekan kerja, dia melontarkan bahwa dia kurang menyukai Krisdayanti dan beberapa rekan saya lainnya setuju tidak menyukai Krisdayanti, tetapi saya membelanya; saya mengemukakan sisi-sisi kuat positif dari Krisdayanti bahwa ia mempunyai suara yang bening, ia seorang yang disiplin dan mau terus meng-upgrade diri untuk tetap eksis dan itu pula yang menjadikannya mampu bersaing dengan begitu banyak penyanyi lainnya. Seseorang dengan mental seperti itu saya pikir sangat layak dikagumi.
Jika saya amati pilihan-pilihan lagu Krisdayanti, cukup banyak lagu-lagunya yang bernuansa ceria ataupun mellow positif. Seperti lagu “mencintaimu”, walaupun mellow, tetapi lebih menampilkan harapan untuk tetap mencintai, bukan sebagai korban cinta. Sayangnya, belakangan ini lagu-lagu pilihan Krisdayanti mulai ke arah yang bersifat perselingkuhan seperti “Pilihlah Aku” ataupun bersifat korban cinta “Cobalah Untuk Setia”, “I’m sorry, good-bye”. Seiring dengan lagu-lagu itu, mulai terdengar berita-berita keretakan rumah tangganya, walaupun memang masih selalu ditepisnya.
Tidak adil jika kita hanya mengamati satu orang saja, coba lihat kisah kehidupan cinta para penyanyi yang lagu-lagunya pernah meledak seperti Betharia Sonata dengan “Hati yang luka” lagu yang benar-benar pernah menggemparkan di era 80-an, Maia-Mulan dengan “Teman Tapi Mesra”, “Laki-laki Buaya Darat”. Amati juga kisah hidup deretan nama lainnya pelantun lagu-lagu yang kebanyakan mellow negatif seperti Ariel Peter Pan, Bam Samson, Rossa yang pernah sampai 8x sehari melantunkan lagu “Ayat-ayat Cinta”; Pasha Ungu pun cenderung mellow negatif dimana pernikahannya pun pernah berada di ujung jurang perceraian. Positifnya, album religi grup-nya ini berhasil luar biasa dan tidak heran bila pernikahannya dapat terselamatkan.
Tidak harus selalu penyanyi dalam negri dijadikan contoh, bisa dilihat juga alur hidup Britney Spears; setelah sukses dengan lagu, “Oouups I did it again”, ia menikah hanya selama 48 jam dengan kekasih lamanya, ketika menyanyi “I’m your slave”, ia jatuh di pelukan Justin Timberlake dan putus cinta, ketika menyanyikan “Toxic”, hidup Britney kemudian memang seperti keracunan, dari seorang penyanyi berparas innocent menjadi seorang pribadi yang benar-benar kehilangan arah. Apakah ini semua hanya kebetulan saja?
Rentetan kata-kata yang diulang-ulang pada diri sendiri akan menjadi suatu hal yang sungguh terjadi. Mengapa hal itu terjadi? Dalam bukunya The Hidden Messages in Water, Masaru Emoto menggunakan teknik fotografi kecepatan tinggi untuk membuktikan bahwa karakter kristal yang terbentuk dalam air beku berubah ketika pikiran tertentu diarahkan padanya. Air yang dihadapkan pada kata-kata kasih sayang seperti “terima kasih” dan “saya sayang kamu” menunjukkan pola mirip kepingan salju yang indah dan rumit serta memiliki warna indah. Sementara itu, air yang dihadapkan pada pikiran negatif, seperti “dasar bodoh” menghasilkan desain kacau-balau yang asimetris dengan warna-warna kotor. Karena 90% tubuh manusia terdiri atas air, kita bisa menyimpulkan bahwa kita bisa dipengaruhi oleh pikiran yang diarahkan orang lain atau sesuatu seperti lagu yang berulang-ulang kita sebutkan dan tanpa terasa kita hayati. Masih di buku yang sama, sebuah keluarga melakukan eksperimen dengan beberapa kendi beras. Mereka menyiapkan kendi berisi beras, dan setiap hari selama sebulan, mereka mengatakan “terima kasih” pada satu kendi serta “dasar bodoh” pada kendi yang satu lagi. Di akhir bulan, beras pada kendi yang mereka bisiki ucapan “terima kasih” mengalami proses fermentasi, dengan bau lembut seperti ragi. Beras dalam kendi yang lain membusuk dan hitam.
Apa yang terjadi di dalam hidup kita memang tidak lepas dari apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan. Kabar baiknya, kita bisa memilih hal yang baik untuk mempengaruhi pikiran kita. Sekarang dimana anda telah mengetahui besarnya pengaruh kata-kata yang anda pilih untuk anda ucapkan berulang-ulang, sebaiknyalah dengan bijaksana anda memilih kata-kata yang baik untuk didengar ataupun untuk diucapkan. Untuk lagu-lagu yang walaupun nadanya terdengar indah, sebaiknya anda mempelajari dahulu isi syairnya. Justru jika lagu itu berisi syair positif, dengar dan nyanyikanlah berulang kali. Disadari atau tidak, hal baik akan terjadi. Selamat mencoba! 😉
Penulis: Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM